Bisnis Indonesia, BANDUNG- Direktur TBP Harita Nickel Tonny Gultom menyebut masa depan pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) di tanah air bergantung pada generasi penerus.
Untuk itu, emiten berkode NCKL ini menggandeng mahasiswa di Bandung dari pelbagai latar belakang kampus yang berbeda. Yakni, Unpad, ITB dan belum lama ini Unpar untuk membagikan wawasan terkait potensi nikel yang melimpah di Indonesia.
Sehingga, saat ini Nikel berpeluang menjadi daya tawar Indonesia dalam perkembangan energi baru terbarukan.
Tonny mengatakan, Indonesia memiliki sumber daya nikel laterit terbesar di dunia. Berdasarkan Nickel Institute, total sumber daya (resources) nikel global mencapai sekitar 320,5 juta ton pada 2022.
Tonny menambahkan, dalam 10 tahun terkahir Indonesia menjadi yang terbesar, karena biji yang digunakan sekarang bisa untuk bahan baku baterai.
“Jadi, kalau untuk bahan baku baterai yang menggunakan nikel itu, nikelnya 80 persen, kobalt 10 persen dan mangan 10 persen, itu adalah baterai yang kualitas dan kebutuhan yang besar, saat ini yang banyak beredar adalah beterai dengan jenis LFP atau lithium, besi fosfat,” ujar Tonny Gultom Direktur TBP Harita Nickel seusai acara Harita Goes to Campus di Unpar, Kota Bandung, beberapa waktu lalu.
Baterai dengan nikel laterit, kata dia, dapat menyimpan energi yang besar sehingga bisa digunakan untuk bepergian jarak jauh.
“Mungkin Jakarta- Surabaya yang LFP tidak bisa, harus beberapa kali cas. Kalau ada nikel mungkin dia hanya satu kali,” katanya.
Harita sendiri mampu produksi 55 ribu ton nikel pada 2023. Tahun ini, jumlah produksinya akan ditingkatkan sampai 120 ribu ton nikel.
Hasil produksi nikel itu, kata dia, saat ini masih diekspor ke luar negeri karena di Indonesia belum banyak pabrik turunannya.
“Karena saat ini, pabrik di bawahnya pabrik baterai, katode itu belum ada di Indonesia, jadi kita masih jual ke luar negeri ekspor. Mudah-mudahan Indonesia bangun industri di bawahnya jadi kita bisa jual ke dalam negeri,” ucapnya.
Menurutnya, industri nikel ini sangat potensial dan menjadi peluang besar bagi anak bangsa untuk berkarir di industri ini.
Alasan itu pula yang membuat Harita Nikel datang ke kampus-kampus untuk menyosialisasikan kepada mahasiswa bahwa industri nikel itu banyak, bukan tambang saja.
“Kalau pertambangan itu, bukan sarjana tambang dan geologi saja, tapi sarjana lain juga dibutuhkan untuk industrinya, karena semakin berkembang tidak hanya tambang, ada pabrik butuh teknologi, butuh sarjana dari sosial, ekonomi, psikologi dan lainnya, itu tujuan kami,” ucapnya.
Selain ke Unpar, sebelumnya Harita Nikel juga pernah datang ke Unpad dan ITB untuk mengajak para mahasiswa berkarir di industri nikel.
“Berikutnya ke mana kami masih lihat lagi, banyak yang masih ingin kami datang tapi keterbatasan waktu juga,” katanya.